Sembako

Ditempat saya bekerja, para karyawan selain mendapat gaji bulanan, uang makan dan transportasi serta asuransi kesehatan juga ada fasilitas berupa sembako yang terdiri dari beras, gula pasir dan minyak goreng dengan rincian per karyawan sebagai berikut:

  • Beras @ Rp. 6.350,- x 10 Kg = Rp. 63.500,-
  • Gula Pasir @ Rp. 6.200,- x 3 Kg = Rp. 18.600,-
  • Minyak goreng @ Rp. 8.150,- x 3 Liter = Rp. 24.450,-
  • Nilai seluruhnya: Rp. 106.550,-

Bagi yang sudah berkeluarga ada tambahan untuk istri/suami senilai tersebut diatas dan jika sudah mempunyai anak maka masing-masing anak mendapat setengah jatah orang tuanya. Rekan-rekan yang belum berkeluarga biasanya malas untuk mengambil jatah sembakonya ini dan biasanya mereka menjual kepada rekan lain.

Saya yang sudah berkeluarga dengan dua anak mendapat jatah sembako tiap bulan sebagai berikut:

  • Beras @ Rp. 6.350,- x 30 Kg = Rp. 190.500,-
  • Gula Pasir @ Rp. 6.200,- x 9 Kg = Rp. 55.800,-
  • Minyak goreng @ Rp. 8.150,- x 7 Liter = Rp. 57.050,-
  • Nilai seluruhnya: Rp. 303.350,-

Bagi saya ini lebih dari cukup, berlebihan malah. Saat masih mendapat jatah satu kepala saja masih bersisa banyak tiap bulannya. Daripada mubadzir, tiap bulannya saya hanya menyimpan:

  • Beras: 10 Kg
  • Gula Pasir: 3 Kg
  • Minyak goreng: 3 liter

Sisanya dibagikan ke famili saya yang tinggal tidak jauh dari rumah kontrakan saya dan juga disisihkan sebagian untuk ibu saya di kampung serta untuk para abang becak (cycle rickshaw) yang biasa mangkal dirumah saya. Jatah untuk ibu saya sengaja saya kumpulkan karena saya tidak bisa setiap bulan pulang kampung. Jatahnya saya titipkan jika ada famili yang kebetulan pulang kampung. Sedangkan untuk para abang becak, karena jumlahnya cukup banyak maka saya kumpulkan tiap bulan dan suatu saat akan saya bagikan kepada mereka.

Selama ini saya mendapat manfaat dari mangkalnya para abang becak tersebut. Lingkungan sekitar rumah saya tergolong aman. Jadi sudah selayaknya dan mungkin sudah seharusnya saya berterima kasih kepada mereka.

Tiap awal bulan saya membawa pulang sembako ke rumah dengan sepeda motor Yamaha Jupiter Z, warisan adik saya. Satu karung beras ditumpuk dengan dus berisi gula pasir dan minyak goreng diletakkan diantara jok dan kemudi, lumayan berat juga.

Alhamdulillah. Disaat harga sembako merangkak naik, saya masih dapat mencukupi kebutuhan keluarga dengan layak.

Eh, seharusnya bukan sembako ya? Tribako tepatnya sih, ya nggak?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.